Selasa, 17 Juni 2008

Konflik Sosial

Konflik Sosial dan Kekuatan Cinta

29-January-2007

Gejolak yang terjadi di Poso dan Maluku ternyata tidak hanya mengundang perhatian publiK di dalam negri saja, tetapi telah menjadi masalah yang diperhatikan cukup serius oleh dunia Internasional. Sidney Jones, misalnya, peneliti International Crisis Group melemparkan pernyataan yang cukup mencengangkan dan sekaligus menuai protes keras dari berbagai pemerhati dan kalangan yang selama ini konsen dengan Poso dan Maluku.

Jones memprediksikan kawasan Poso sebagai tempat yang ideal untuk mengembangkan pemikiran jihad. Menurutnya, kawasan Poso layak menjadi qoidah aminah, yaitu tempat untuk menjalankan prinsip-prinsip syariat Islam secara aman. Dalam laporan yang telah diliris di website Crisis Group, terus menerus memanas karena anggota organisasi-organisasi mujahidin besar di Indonesia, yaitu Jamaah Islamiyah (JI), pecahan maupun cabang Darul Islam (DI), KOMPAK, dan lainnya, melihat Maluku dan Poso sebagai daerah ancaman bagi kominitas Muslim.

Masih menurut Sidney, Poso dapat dijadikan basis uji coba pembentukan sebuah Negara Islam. Karena itu, Maluku dan Poso terus menjadi fokus bagi upaya dakwah dan perekrutan anggota baru organisasi-oragnisasi itu. Berdasar penelitian Sidney, sebagian dari mujahidin yang pernah bertempur di daerah konflik, baik di daerah setempat maupun luar, sulit kembali ke kehidupan “sipil” yang biasa-biasa saja. Selain itu, adanya konsentrasi para bekas mujahidin di derah konflik tersebut menarik bagi buron polisi yang di masa lalu sudah menemukan network yang siap membantu mereka.

Sementara itu, juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto menilai analisis Jones itu terlalu mengada-ada. Menurutnya, pernyataan Jones tanpa bukti, dan itu hanya kepentingan dia agar mendapatkan dana besar. Menurut Yusanto, rilis ICG justru menimbulkan ketegangan baru. Baik dirinya maupun HTI mmenolak keras analisis itu. Bagi Yusanto, yang terpenting tinggal keseriusan polisi menangkap pelaku kerusuhan, tentu saja berdasar bukti-bukti permulaan yang cukup.

Senada dengan Yusanto, Wakil Ketua DPR Al-Mujammil Yusuf mengatakan, wajar jika Sidney Jones kita tolak di Indonesia, dia selalu membikin ulah. Meski begitu, rilis ICG tidak bisa begitu saja diabaikan. Kalau tidak ada rilis itu, aktivis Islam tidak segera sadar untuk bersatu,” katanya. (Indopos, 3 November 2006).

Sebenarnya umat Islam Indonesia tidak perlu kebakaran jenggot dengan pernyataan Sidney Jones tadi, sebab munculnya pernyataan Sidney justru sebagai pertanda dan situasi yang menunutun kaum Muslim Indonesia harus lebih dewasa dan bijak dalam menanggapi ungkapan yang datang.

Tidak perlu kita membalas pernyataan-pernyataan yang tidak bertanggung jawab seperti di atas. Cukup kita menyikapinya dengan kepala dingin, evaluasi, dan mencari solusi agar kekacauan yang terjadi di Poso atau di daerah lain dapat sesegera mungkin teratasi tanpa berlarut-larut. Sebab ketika kita mencoba mengimbangi pernyataan tersebut, akan terjadi proses saling berbantah-bantahan dan ujungnya hanyalah melahirkan kekacauan yang baru dan justru akan memperkeruh suasana. Ajaran Islam mengingatkan agar kita menjauhi sikap saling berbantah-bantahan. “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar,” (QS Al-Anfal [8]: 46).

Hanya dengan usaha membekali diri dan persiapan matang di berbagai aspek, kaum Muslim akan mampu menepis segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Dengan demikian, sekeras apa pun segala usaha yang dilancarkan pihak-pihak yang anti-Islam, tetap akan terpatahkan dan terbantahkan dengan mengandalkan cinta kita terhadap Islam, sebagai jawaban dan usaha menyuburkan damainya agama Islam.

Salah satu tuntunan Islam dalam menghadapi situasi “kacau” yang terjadi, terutama dalam menghadapi serangakaian manuver pihak yang ingin menodai dan menghancurkan persaudaraan di Indonesia, adalah menguatkan kesatuan umat. Kesatuan umat tidak berarti kaum Muslim harus berada dalam satu organisasi keagamaan, tetapi cukup dengan kesamaan visi dan misi perjuangan kaum Muslim, terutama dalam mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan (QS Ali Imran [3]: 103).

Bersatu dan jangan sampai bercerai berai dalam menghadapi situasi apa pun merupakan bekal utama dalam melancarkan misi dakwah Islam, termasuk dalam menyikapi situasi seperti sekarang ini. Gejolak di Poso dan di beberapa tempat lain di Tanah Air telah menarik perhatian dunia, sehingga wajar saja jika Sidney Jones melontarkan ungkapan seperti itu. Tinggal kita yang harus menentukan sikap dalam menjawab dan menanggapi pernyataan tersebut. Ini pula saat yang tepat untuk menunjukkan bahwa kita adalah umat yang cinta damai dan membenci segala bentuk kekerasan, baik kekerasan yang berbentuk verbal maupun kekerasan fisik.

Cukup dengan cinta saja kita sikapi dan lawan pernyataan Sidney tersebut. Sebab Allah Swt. sendiri memiliki sifat Pengasih, Penyayang, dan Maha Pecinta, selalu menuntut agar kita mampu menangkap binar-binar sifat keilahian-Nya yang terpancar dalam berjuta dimensi. Ketika kita berusaha menempuh jalan cinta tersebut, maka yang akan terjadi adalah kedamaian, kesabaran, toleransi, dan menghadapi masalah dengan bijaksana. Disadari atau tidak, ketika kita menempuh jalan cinta, bisa saja kita “terwarnai” sifat-sifat Allah Swt. tadi.

Dengan cinta dan kasih terhadap sesama, akan terwujud kesadaran dan kesiapan dalam menghadapi setiap kenyataan yang datang. Sebab, kita sadar bahwa Allah Swt. hanya akan memberikan cobaan dan situasi yang sesuai dengan kadar keimanan dan kemampuan kita masing-masing. Dengan kata lain, kaum Muslim harus menyuburkan semangat mencari dan terus mencari kebenaran serta berani mendialogkannya, dalam arti bersikap terbuka. Kita harus tampil sebagai perekat persatuan dan kesatuan umat, mampu mengaktualisasikan dan mengejewantahkan nilai-nilai luhur Islam dengan damai dan memberikan ketenangan bagi seluruh alam. (CMM/Azam Munawar)